Momentum wisuda memang menjadi puncak kebahagiaan bagi para mahasiswa. Mereka yang diwisuda telah menjadi sarjana dan nantinya siap berkontribusi untuk masyarakat, bangsa, dan negara.

Kamis (08/08) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto menyelenggarakan Wisuda Periode III Tahun Akademik 2018-2019. Prosesi wisuda yang dilaksanakan dalam Sidang Senat Terbuka dipimpin langsung oleh Ketua Senat Dr H Moh Roqib MAg. Pada periode ini, tercatat ada 388 mahasiswa resmi diwisuda.

Ratusan wali dari mahasiswa penuhi area IAIN Purwokerto. Selain itu, mahasiswa yang tergabung di UKM/UKK dan Organisasi lainnya juga ikut serta meramaikan prosesi wisuda.

Semua wisudawan-wisudawati sangat berbahagia telah merampungkan kuliah di IAIN Purwokerto.
Kebahagaian tersebut juga dirasakan oleh mahasiswi yang satu ini. Predikat sebagai sarjana terbaik IAIN Purwokerto telah diraihnya pada angkatan wisuda angkatan ke III pada tahun 2019 ini. Dialah Sholikhatun Kamaliyah, mahasiswi jurusan Pendidikan Agama Islam Fukultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Purwokerto. Mahasiswi yang akrab dipanggil Sholikhatun ini telah membawa prestasi yang gemilang baik untuk kampus tercinta, pondok pesantren, dan tentunya bagi keluarganya sendiri.

Tercatat mendapat IPK 3.91 dan berbagai deretan prestasi yang diraihnya menjadikan dirinya sebagai mahasiswi dengan IPK tertinggi dan wisudawan terbaik se-IAIN Purwokerto. Mahasiswi kelahiran kebumen ini telah membuktikan, bahwa mondok sambil kuliah tidak menghalanginya untuk terus menorehkan prestasi.

Sholikhatun mondok di Pon-Pes Darul Abror sejak masuk sebagai mahasiswa baru. Barokah dari pengasuh dan Pon-Pes nya lah yang menghantarkan dirinya  pada kesuksesan yang dia rasakan hari ini.

"Saya tidak menyangka bisa menjadi wisudawan terbaik se-IAIN Purwokerto. Momen ini  sudah lama saya impikan, saya berharap bisa menggapai mimpi saya selanjutnya" harapan skholihatun.

Disamping tekun dan rajin dalam perkuliahnnya, sholikhatun juga aktif di beberapa organisasi. Dia pernah aktif di Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam, UKK Pramuka, dan organisasi lainnya. Dia membuktikan bahwa aktif dibeberapa organisasi tidak menjadi penghambat proses perkuliahnnya, melainkan militansi di organisasi akan mendongkrak produktifitas nya baik dalam karya maupun organisasi. Maka dari itu menjadi aktivis merupakan sebuah konsekuensi bagaimana bisa menjadi aktivis yang akademis atau malah terlelap pada salah satunya.

Wisuda bagi dirinya merupakan gerbang awal dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Bangsa ini mengharapkan lulusan sarjana yang bisa membawa perubahan baik dilingkungan nya maupun dalam konteks pemberdayaan dan pengembangan pendidikan, mengingat sholikhatun adalah sarjana Pendidikan Islam.