Pendirian pesantren hakikinya tidak terlepas dari sumbangsih masyarakat, hal ini menjadi bukti bahwa jati diri pondok pesantren itu inklusif, terbuka terhadap modernitas dan ramah terhadap tradisi lokal karena keberadaannya berbaur dengan masyarakat sekitar dan selalu membuka komunikasi dengan pemerintah atau 'umara. Ajaran islam yang di sampaikan melalui diskusi dan kajian kitab yang berat pun di sampaikan dengan suasana cair, di selingi humor dan tidak kaku dengan berbagai keragaman khazanah pendapat ulama yang bertebaran dalam kitab-kitab yang di telaah secara transformatif, bukan melalui doktrin, sehingga santri sedari awal sudah mengenal dengan perbedaan tafsir dan tentu mulai memiliki konsep pemikiran dan sikap yang tawasuth, tawazun, ta'adl, dan tasamuh.

Visi pesantren sebagai community college diharapkan mampu menumbuhkan dan mendukung kehidupan ekonomi, budaya dan intelektual komunitas muslim serta sebagai model penyatuan komitmen dan pelayanan masyarakat serta misinya yang di rumuskan untuk dan dalam rangka menciptakan lingkungan pembelajaran dan pengembangan riset yang fleksibel, kualitas pendidikan yang terjangkau, program pelatihan yang mendukung bursa tenaga kerja dan berorientasi pada tanggung jawab sosial dengan pertimbangan keunikan dan posisi pesantren seperti yang selama ini ada dan kita kenal. Tentu konsep community college ini akan menjadi bidang garap yang menarik jika dihitung dan dipertimbangkan mendapat perhatian serius yang tidak melupakan wacana lokal Islam (Islamic local discourse) di Indonesia, dimana kajian tentangnya justru mempunyai nilai intelektual strategis bagi kelanjutan dan masa depan pesantren yang bernilai ahlussunnah waljama'ah.

Oleh : Febyana Istiqomah
Mahasiswi PAI A